Manokwari Tercatat Sebagai Kota Endemis Filariasis Dan Malaria Tertinggi
Kabupaten Manokwari memiliki prevalensi paling tinggi endemis Filariasis dan Malaria diantara kabupaten yang ada di Papua Barat, tercatat yaitu 38,6 persen serta secara umum Provinsi Papua Barat berada pada urutan ketiga setelah NTT dan Aceh. Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) H.M.Subuh dalam sambutannya yang disampaikan Dokter Elfrida Sariwati pada pencanangan bulan eliminasi penyakit kaki gajah dan malaria di Lapangan Borasi, Sabtu (14/10).
“Berdasarkan hasil survey endemisitas tahun 2016, Provinsi Papua Barat memiliki 12 kabupaten dan kota endemis filariasis dengan prevalensi yang bekisar 2,7 persen sampai 38,6 persen,” jelasnya.
Lebih jauh Ia menjelaskan, untuk penyakit kaki gajah, Kabupaten Manokwari memiliki prevalensi paling tinggi diantara kabupaten endemis di Papua Barat, yaitu 38,6 persen dan secara umum Provinsi Papua Barat berada pada urutan ketiga setelah NTT dan Aceh.
“Satu kabupaten endemis telah selesai melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal atau POPM filariasis yaitu kabupaten Kaimana, namun gagal dalam tahap pemeriksaan evaluasinya sehingga harus mengulang pelaksanaan POPM 2 tahun berturut-turut,” jelasnya.
Sedangkan untuk kasus malaria, Ia menjelaskan, sampai dengan bulan September 2017, jumlah kasus malaria di Provinsi Papua Barat mencapai 5.895 kasus.
Oleh sebab itu, untuk membebaskan kabupaten dan kota di Papua Barat dan di seluruh Indonesia dari penyakit kaki gajah dan malaria, pemerintah pusat mencanangkan bulan eliminiasi kaki gajah dengan cara minum obat kaki gajah dan pembagian kelambu pada setiap bulan Oktober. Untuk kabupaten dan kota di Papua Barat tahun 2017, ungkapnya sasaran jumlah penduduk yang akan minum obat filariasis sebesar 870.870 orang. Sedangkan kelambu yang akan dibagikan kepada masyarakat di Papua Barat sebanyak 485.700 kelambu. Dimana, Manokwari mendapatkan 92.600 kelambu. (Red.AK)
“Berdasarkan hasil survey endemisitas tahun 2016, Provinsi Papua Barat memiliki 12 kabupaten dan kota endemis filariasis dengan prevalensi yang bekisar 2,7 persen sampai 38,6 persen,” jelasnya.
Lebih jauh Ia menjelaskan, untuk penyakit kaki gajah, Kabupaten Manokwari memiliki prevalensi paling tinggi diantara kabupaten endemis di Papua Barat, yaitu 38,6 persen dan secara umum Provinsi Papua Barat berada pada urutan ketiga setelah NTT dan Aceh.
“Satu kabupaten endemis telah selesai melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal atau POPM filariasis yaitu kabupaten Kaimana, namun gagal dalam tahap pemeriksaan evaluasinya sehingga harus mengulang pelaksanaan POPM 2 tahun berturut-turut,” jelasnya.
Sedangkan untuk kasus malaria, Ia menjelaskan, sampai dengan bulan September 2017, jumlah kasus malaria di Provinsi Papua Barat mencapai 5.895 kasus.
Oleh sebab itu, untuk membebaskan kabupaten dan kota di Papua Barat dan di seluruh Indonesia dari penyakit kaki gajah dan malaria, pemerintah pusat mencanangkan bulan eliminiasi kaki gajah dengan cara minum obat kaki gajah dan pembagian kelambu pada setiap bulan Oktober. Untuk kabupaten dan kota di Papua Barat tahun 2017, ungkapnya sasaran jumlah penduduk yang akan minum obat filariasis sebesar 870.870 orang. Sedangkan kelambu yang akan dibagikan kepada masyarakat di Papua Barat sebanyak 485.700 kelambu. Dimana, Manokwari mendapatkan 92.600 kelambu. (Red.AK)